Penjelasan di Balik Kembar Mayang Tidak Diangkat Denny Caknan-Bella Bonita
Kembar mayang dalam pernikahan Denny Caknan dan Bella Bonita di The Sun Hotel, Madiun, Jumat (7/7) malam tengah menjadi sorotan warganet. Mereka ribut soal posisi kembar mayang yang tidak diangkat dalam proses pernikahan. Hal ini disebut menandakan mempelai perempuan sudah hamil duluan.
Wedding Organizer (WO) yang menggelar pernikahan Denny dan Bella, ASRA event Planner pun angkat bicara. Project Manager ASRA event Planner, Androz Legho mengatakan, WO justru senang dengan respons netizen.
"Dengan begini publik sedikit banyak menjadi tahu detail-detail adat Jawa," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Minggu (9/7/2023).
Dia pun menjelaskan bahwa kembar mayang sebagai bagian dari adat pernikahan di Jawa memilik perbedaan pandangan di setiap daerah, bergantung dari kiblat tata cara pernikahan yang digunakan.
"Kembar mayang itu terdapat perbedaan pandangan adat. Ada yang dibawa ataupun diangkat dan juga ada pula yang diletakkan saja," kata Androz.
"Kan, Kesultanan besar di Jawa tidak hanya satu yang dijadikan kiblat dari tata cara pernikahan," tambahnya.
Hal kedua, Androz menjelaskan bahwa sebenarnya dalam proses pernikahan Denny dan Bella itu juga ada hal lain yang menjadi simbol dengan makna yang akan menjawab pertanyaan para warganet.
"Kedua, itu sebenarnya jawaban atas kegalauan netizen ada di prosesi injak telur. Itu ada filosofinya atas ritual tersebut," katanya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut tentang makna dan filosofi injak telur yang dia maksud.
Selain itu, Androz juga menyinggung tentang petunjuk lain yang terdapat pada paes mempelai wanita, yakni menggunakan paes khas Surakarta atau Solo. Menurutnya, setiap daerah mempunyai tradisi dan tata cara yang berbeda-beda. Setiap Pemandu adat juga mempunyai pakem yang berbeda-beda pula.
"Kami sudah bekerja sama dengan Pemandu adat supaya prosesi adat tradisi bisa berjalan dengan baik dan lancar," tegasnya.
Seorang Pranata Jawa atau MC Jawa, Ipin Irfani yang paham seluk-beluk pernikahan adat Jawa menjelaskan tentang kembar mayang. Bahan dasar kembar mayang itu adalah janur yang kemudian diisi dengan daun-daunan.
"Singkatnya, kembar mayang itu, mayang dulu itu sebagai penanda peralihan masa atau suatu keadaan. Kalau kembar mayang itu untuk pernikahan gadis dan perjaka, itu selalu ada. Kemudian juga ada namanya mekar mayang. Kalau mekar mayang menandai masa peralihan anak-anak ke masa remaja, misalnya khitanan atau menstruasi pertama. Kalau orang meninggal, kalau status gadis atau perjaka, itu ditandai dengan gagar mayang," papar Ipin kepada detikJatim, Minggu (9/7/2023).
Di dalam pernikahan, terutama yang memakai adat Jawa, kembar mayang juga disebut dengan pohon keabadian. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kata Ipin, di surga ada 2 pohon abadi. Yakni pohon Dewandaru dan Wijayandaru. Semuanya satu jenis pohon.
Lantas, kenapa kembar mayang bisa jadi lambang gadis dan perjaka?
Ipin menerangkan, ceritanya dulu ketika Arjuna hendak melamar si putri dari suatu negara, si putri minta si arjuna harus membawa pohon keabadian. Akhirnya Arjuna meminjam ke para dewa, yakni pohon Dewandaru dan Wijayandaru sebagai syarat perlengkapan pernikahan biar boleh melamar dan menikahi si putri itu.
"Akhirnya diikuti masyarakat sampai sekarang. Kelengkapannya di kembar mayang ada beberapa daun-daunan yang mengiringi. Isi-isinya juga tidak sembarangan memiliki makna, misalnya ada daun alang-alang (yang artinya) semoga kedua mempelai dijauhkan dari segala rintangan," terang Ipin.
"Lalu ada daun beringin, semoga kedua mempelai dapat pengayoman, sampai kluwih semoga kedua mempelai senantiasa diberikan kelebihan. Itu adalah salah 3 dari makna yang terkandung di dalamnya," sambungnya.
Jadi, kata Ipin, kembar mayang sejatinya tak hanya melambangkan gadis atau perjaka. Namun bisa juga simbol doa dan harapan untuk mempelai. Juga gambaran cinta yang abadi.
"Bentuk kembar mayang ini juga macam-macam. Ada keris-kerisan, ular-ularan, burung-burungan, belanang-belalangan, semuanya punya makna," beber pria yang juga memiliki garis keturunan Keraton Jogja ini.
Terkait bagaimana masyarakat memaknai kembar mayang, menurut Ipin hal itu didasarkan pada kelokalan daerah masing-masing. Tradisi di tiap-tiap daerah tentu berbeda.
Termasuk banyak yang percaya dan sering disorot adalah ketika kembar mayang tidak di angkat diatas kepala.
"Itu menggambarkan si mempelai wanitanya itu sudah hamil duluan, bisa jadi berlaku seperti itu. Tapi kan itu berlaku pada beberapa daerah, tidak semua daerah memberlakukan seperti itu. Karena, kalau kita mengacu pada dasar keraton, kembar mayang itu tidak ada maknanya," sebut Ipin
"Karena sejatinya kembar mayang itu ada hanya menandai pernikahan gadis dan perjaka, cuma kita kan tahu kalau daerah itu semakin jauh dari istana maka kebiasaan adat istiadat yang dalam istana pun juga turut berubah dan disesuaikan dengan muatan lokal di daerah tersebut," tukasnya.
Sumber : detik.com
(*)