Review Devil On Top: Misi Mendepak Cinta Laura Berujung Asmara
Film Devil on Top menjadi rilisan terbaru Anggy Umbara di platform streaming Disney+ Hotstar. Melalui rumah produksi milik dia dan adiknya, Umbara Brothers Film, mereka berkolaborasi bersama dengan MD Pictures untuk kelima kalinya. Film romance comedy ini menceritakan sekelompok karyawan yang mencoba untuk membuat bos mereka, diperankan Cinta Laura, dipecat.
Cerita Devil on Top dimulai dari keresahan empat karyawan agensi kreatif, Angga (Angga Yunanda), Richard (Kenny Agustin), Rudi (Joshua Suherman), dan Boni (Lolox) terhadap bosnya, Sarah (Cinta Laura). Mereka gusar karena perilaku bosnya yang galak dan kerap kali berperilaku seenak jidat. Tidak tahan terus dipermainkan bosnya, mereka pun merencanakan sebuah misi untuk menggulingkan Sarah dari posisinya.
Awalnya, mereka ragu soal misi itu sebaiknya dilanjutkan atau tidak. Namun, ketika mereka mendapati Sarah memecat salah satu teman mereka dan mempermalukannya di depan umum, keempatnya mantap Sarah harus segera didepak. Mereka kemudian membuat taruhan soal siapa di antara mereka yang akan berhasil membuat Sarah dipecat. Pemenangnya akan mendapatkan 25 persen gaji total mereka berempat.
Situasi menjadi pelik ketika Sarah menjadikan Angga sebagai Creative Directornya. Posisi tersebut sudah lama diperebutkan masing-masing anggota empat sekawan. Di sisi lain, juga membuat Angga kian dekat dengan Sarah. Mulai timbul kecurigaan bahwa Angga akan mengkhianati teman-temannya sendiri untuk mempertahankan posisi dan kedekatannya dengan Sarah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Devil On Top, as weird as it sounds, seperti amalgam dari beberapa film. Beberapa title terlintas di kepala seperti Office Space, Horrible Bosses, The Proposal, dan tentunya The Devil Wears Prada yang sama-sama memiliki kata “Devil” dan bercerita tentang boss killer.
Sarah, misalnya, digambarkan mirip dengan karakter Miranda Priestly (Meryl Streep) di The Devil Wears Prada yang sedingin es, manipulatif, pasif agresif, dan tak ragu mempermalukan karyawannya sendiri. Contoh lain, romantic plot antara Sarah dan Angga mirip dengan kisah asmara Margarate Tate (Sandra Bullock) dan Andrew Paxton (Ryan Reynolds) pada film The Proposal di mana sang boss malah berakhir jatuh cinta dengan karyawan yang dimanfaatkan.
Bisa saja mengatakan bahwa konsep film Indonesia ini tidak original ataupun tidak fresh. Namun, faktanya, banyak film dalam situasi serupa Devil On Top. Adapun perbedaan Devil On Top dengan film-film yang telah disebutkan di atas adalah fokusnya, bagaimana upaya sang karyawan untuk menyingkirkan bosnya malah menjadi senjata makan tuan. Alih-alih konsisten dengan misinya, sang karyawan malah jadi jatuh cinta dengan bos yang sejatinya ia benci.
Angga Yunanda dan Cinta Laura berperan lumayan baik untuk menghidupkan fokus tersebut. Chemistry mereka terlihat jelas, menjadikan love-hate relationship di antara keduanya terasa menyakinkan. Jujur saja, awalnya kami ragu mereka pas ditampilkan sebagai sepasang kekasih. Selama ini Angga Yunanda lebih sering ditampilkan sebagai bocah SMA sementara Cinta Laura kebalikannya. Ternyata, pengalaman bermain dalam film-film romance membantu keduanya untuk memperlihatkan hubungan mereka terasa real.
Sayangnya, di luar duet Angga dan Cinta yang lumayan apik, pengembangan kisah film ini kurang spesial. Kualitas komedi dan romansa yang dihadirkan tak bisa dibandingkan dengan film-film yang disebutkan sebelumnya. Beberapa bagian terasa cringe dan seksis, memanfaatkan stereotype-stereotype perempuan yang tentunya tidak sepenuhnya akurat.
Sebagai contoh, pada satu adegan, ada percakapan antara Angga dan tiga temannya perihal memperjuangkan emansipasi pria dan keluar dari tindasan wanita. Realitanya, wanita lah yang selama ini tertindas oleh kaum pria di lingkungan pekerjaan. Niatnya mungkin guyon, tapi bisa dianggap tidak sensitif.
Dirty jokes ala Anggy Umbara juga masih banyak. Salah satunya di paruh pertama film yang memperlihatkan agensi Angga cs mempromosikan kondom. Produk kondom itu mereka beri tagline yang menonjolkan hubungan intim. Niatnya menjadi bahan guyon, malah jadi aneh. Kampanye dari sebuah perusahaan kondom harusnya mensosialisasikan safe sex.
Akhir kata, Devil on Top adalah film romance comedy dengan konsep yang lumayan familiar namun memiliki eksekusi yang kurang maksimal. Romance dan komedi yang dihadirkan kerap terasa garing, diperburuk dengan beberapa dirty jokes yang hit and miss. Namun, duet Angga Yunanda dan Cinta Laura yang apik berhasil mempertahankan kami untuk menonton film dari Anggy Umbara ini hingga usai.
(*)